*M.Yaufi NM
Beberapa bulan lamanya kakak kelas kita menunggu sesuatu yang sangat mereka nantikan. Rasa khawatir,
penasaran bercampur aduk di hati mereka. Berbagai macam ikhtiar telah
dilakukan. Belajar, berdo’a, dan cara lain yang hanya mereka ketahui sendiri,
semuanya telah diusahakan. Rahasia begitu katanya. Baik cara negatif maupun
cara positif. Tapi semoga aja banyak yang menggunakan cara positif, agar
benar-benar merasakan hebatnya sebuah tantangan. Tawakkalpun telah mereka
lakukan. Perfect lah pokoknya. Mereka yang dulu malas, tiba-tiba berabuh
seratus persen rajin begitu saja. Tidak tau mengapa mungkin kerasukan jin putih.
Tapi tidakak papalah ketimbang tidak berubah
sama sekali.
Tinggal menunggu pengumuman pemerintah tentang hasil
ujian nasional. 2 kata yang menghantui mereka, lulus atau tidak lulus . Mudah-mudahan
saja Allah memberikan yang terbaik pada mereka, baik lulus atau tidak lulus.
Karena apapun itu, dengan tanda kutip berasal dari Allah dan disertai dengan
ikhtiar atau do’a, maka pasti hasilnya akan baik. Muhal sekali jika Allah
memberikan hal yang buruk bagi kita setelah kiata berikhtiar dan berdo’a.
Karena Allah SWT adalah tuhan yang maha pengasih lagi maha penyayang. Hanya saja, kita sendiri yang
memperburuk dan membuat rumit takdir itu.
Tapi, perlu diingat! hasil atau kesuksesan bukanlah
yang kita cari, tapi yang kita cari adalah proses atau upaya untuk menuju
kesuksesan. Allah tidak sesekali memandang hasil kita. Tapi usaha dan upaya
kitalah yang Allah hargai. Pendaki gunung berkata “ sesuatu yag paling berharga
bagi kami adalah proses pendakian ke puncak
gunung, bukan sampainya kami ke puncak gunung”.
Semua tentang UAN dan Kelulusan!
Waktu 3 tahun ditentukan hanya dengan 7 hari, demikian
ungkapan yang sangat pas diberikan pada Ujian Akhir Nasional (UAN). Sebuah
ajang yang pemerintah buat sebagai media
pengukur kemampuan siswa, dan penentu kelulusan siswa dari sekolah. Begitu
banyak kecurangan yang dilakukan demi meraih sebuah kelulusan. Nyontek, kerja
sama, atau apa saja yang siswa lakukan. Sedikit sekali siswa yang meraih
kelulusan itu dengan murni atau bahkan tidak ada sama sekali. Gurunyapun
Hari itu, ketika kelulusan!
Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu pun datang. Jum’at 24
mei 2013 adalah hari yang bersejarah bagi kakak-kakak kelas XII SLTA. Hari
dimana mereka akan membuka sebuah kertas yang berisi 2 kata tebal lulus dan
tidak lulus.

Betul kata hujjatul islam imamuna Al-Ghazali, beliau
membagi manusia menjadi 4 golongan, yakni:
1.
Man Yadri Fahuwa Yadri (dia tahu bahwa dia tahu) termasuk golongan yang terbaik.
2.
Man Yadri Fahuwa Layadri (dia tahu bahwa dia tidak
tahu) termasuk golongan yang
sedang dan tau diri.
3.
Man Layadri Fahuwa Layadri (dia tidak tahu bahwa dia
tahu) termasuk golongan yang berproses
menjadi succesman.
4.
Man Layadri Fahuwa Layadri (dia tidak tahu bahwa
dirinya tidak tahu) termasuk
golangan yang terburuk dan dipastikan akn celaka.
Golongan yang sok tahu, sok pintar, sok lulus padahal
kenyataanya bodoh, tolol, dan tidak lulus.

Beberapa menit kemudian setelah berpikir panjang, akhirnya
kami memberikan kata yang cocok bagi mereka yakni Lulus Tapi Tidak Lulus.
Artinya, bolehlah kita katakan mereka lulus secara keilmuaan meskipun kadang
dihasilkan dari contekan. Namun jangan sekali-kali kita katakan mereka lulus
dalam kaca mata akhlak, kepribadian, dan moral yang kesemua ini merupakan
tujuan utama dari pada pendidikan. Maka dari itu, sebagai penerus bangsa berikutnya
marilah kita bagkit, perbaiki moral, ajak teman kita kejalan yang luls, kita
mulai dari diri sendiri ibda’ binafsik, from zero to hero. We Are As The
generation. Terakhir maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan dihati. WALLAHU A’LAM BISSHOWAB
No comments:
Post a Comment